BAGAIMANA PERANAN KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA, ISLAM DAN MODERN DI INDONESIA?
Untuk Hindu-Budha
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan. Pada awalnya, orang-orang India
bersikap aktif dalam perdagangan tersebut. Hal ini menurut Claudius Ptolomeus
(Yunani) didorong oleh kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih, dan lada
yang menarik para pedagang mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah berlangsung
sejak sekitar abad ke-5 M.
Masuknya
suatu kebudayaan asing ke dalam lingkup suatu masyarakat dapat menimbulkan tiga
kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah
satu hancur. Akulturasi kebudayaan adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih
yang melakukan kebudayaan baru. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat
Nusantara ketika terjalin hubungan dagang antara India, Cina, dan Indonesia,
terjadilah akulturasi budaya. Akulturasi budaya Hindu-Buddha India dengan
budaya asli Nusantara secara damai melahirkan budaya baru yang disebut budaya
Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses akulturasi tersebut, menurut para
ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun aktif. Pada awalnya bersikap pasif
menerima ajaran-ajaran baru, di kemudian hari aktif mencari ilmu hingga
mengirim pelajarnya ke luar negeri dan mengundang brahmana dari luar negeri
untuk memberi pelajaran.
Proses
akulturasi selama berabad-abad menimbulkan sinkretisme antara kedua agama
tersebut dan unsur budaya asli hingga lahirlah agama baru yang dikenal sebagai
Syiwa Buddha. Sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang merupakan
perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran
ini berkembang pesat pada abad ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja
Kertanegara dan Adityawarman.
Akulturasi
budaya paling mudah kita lihat dalam bentuk kesenian, seperti seni rupa, seni
sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi
budaya ini juga dapat kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan
proses akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan, agamawan, arsitek,
sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman.
Pada
saat budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut
kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses
akulturasi, agama Hindu dan Buddha lalu diterima penduduk asli. Dibandingkan
agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan
sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya
adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan
menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak
diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai nirwana
asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
Pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat
kita lihat dengan jelas pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi
dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi
difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai
tempat pemujaan atau peribadatan.
Meski
difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau abu jenazah
dikuburkan dalam candi. Benda yang dikubur- kan atau dicandikan adalah
macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat
jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih ini
diletakkan dalam peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan
patung dewa sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya
adalah Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak
terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar
candi dalam bangunan stupa.
Seni
rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India
adalah seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya
berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat
kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung adalah
kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi
di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang
menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola
hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar
menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun
vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala),
merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan
berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah,
terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor
hewan atau sepasang kenari.
Beberapa
candi memiliki relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil
dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah
memiliki keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya
berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis
dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada
masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur meniru gaya Jawa Tengah dengan
memberikan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Masuk
dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan
struktur sosial masyarakatnya. Pengaruhnya dapat dilihat melalui diterapkannya
sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di
Indonesia tidak seperti yang ada di India, akan tetapi merupakan sistem
pengelompokan masyarakat melalui tingkatantingkatan kehidupan masyarakat dan
berlaku turun temurun. Hal ini untuk menunjukkan status sosial dalam masyarakat
Indonesia. Sementara itu, di India perbedaan sistem kasta sangat mendasar sebab
untuk membedakan status sosial antara golongan Arya dan Dravida.
Pada
masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Buddha muncul pembagian kelompok
masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di wihara-wihara
dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi mulai ditinggalkan.
Kelompok masyarakat yang lain adalah kelompok masyarakat umum, yakni kelompok
masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem dan struktur
masyarakat Indonesia yang mendapat pengaruh Hindu-Buddha berkembang pada masa
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan
maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak bergantung pada kelautan. Sriwijaya
banyak menguasai jalur-jalur dan pusat perdagangan maka Sriwijaya menjadi
kerajaan yang besar dan penting, karenanya menjadi kerajaan nasional yang
pertama di Nusantara.
Kerajaan
Mataram Hindu terdiri atas daerah pusat yang dikenal dengan ibu kota kerajaan
(tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta pejabat tinggi
kerajaan) dan daerah watak, yaitu daerah yang dikuasai para rakai atau pamgat
yang berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang berkedudukan
turun-temurun.
Sedangkan
untuk islam
Sistem
pengangkatan raja pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
tetap tidak mengabaikan cara pengangkatan raja seperti pada masa sebelum
Islam.
Berdasarkan
himpunan hukum adat Aceh yang tercantum dalam adat Makuta Alam, yang disusun
secara lengkap pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, pengangkatan dan penobatan
sultan sebagai berikut:
Menurut
lembaran sejarah adat yang berdasarkan hukum (syarak) dalam pengangkatan sultan
haruslah semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, waktu sultan dinobatkan,
sultan berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Alquran berdiri di kanan,
perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri.
Pada
umumnya di Tanah Aceh, pangkat sultan turun kepada anak. Sultan diangkat oleh
rakyat atas mufakat dan persetujuan ulama dan orang-orang besar cerdik pandai.
Adapun
orang-orang yang diangkat menjadi sultan dalam hukum agama harus memiliki
syarat-syarat bahwa ia mempunyai kecakapan untuk menjadi kepala negara
(merdeka, dewasa, berpengetahuan, adil), ia cakap untuk mengurus negeri, hukum,
dan perang, mempunyai kebijakan dalam hal mempertimbangkan serta menjalankan
hukum dan adat.
Jikalau raja mangkat sebelum adanya pengganti oleh karena beberapa sebab lain, maka Panglima Sagi XXII Mukim-lah yang menjadi wakil raja, menerima hasil yang didapat dalam negeri Aceh dan daerah taklukan atau jajahannya. Jikalau sudah ada yang patut diangkat menjadi raja, maka perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada raja.
Jikalau raja mangkat sebelum adanya pengganti oleh karena beberapa sebab lain, maka Panglima Sagi XXII Mukim-lah yang menjadi wakil raja, menerima hasil yang didapat dalam negeri Aceh dan daerah taklukan atau jajahannya. Jikalau sudah ada yang patut diangkat menjadi raja, maka perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada raja.
Raja-raja
pertama pada masa permulaan kerajaan Islam di Jawa seperti Demak, Cirebon,
Banten, umumnya waktu penobatan dilakukan oleh para wali sanga yang diketuai
oleh Sunan Ampel Denta. Sunan Gunung Jati yang menjadi raja pertama di Cirebon
telah mendapat restu dari Dewan Wali Sembilan dan diberi gelar raja-pendeta
yang menguasai tatar Sunda ketika para wali berkumpul di Demak untuk
merencanakan perkawinan Pangeran Hasanuddin dengan Putri Demak, beberapa saat
kemudian Pangeran Hasanuddin dinobatkan menjadi raja di Banten.
Adat Makuta Alam telah memberikan beberapa gambaran tentang kekuasaan sultan atau raja (Aceh). Sultan mengangkat panglima sagi dan masa penobatan panglima sagi mendapat kehormatan dengan membunyikan dentuman meriam sebanyak 21 kali, juga sultanlah yang mengangkat uleebalang yang pada masa penobatannya mendapat kehormatan dentuman meriam sebanyak 21 kali.
Raja
mengadili perkara-perkara yang berhubungan dengan pemerintahan seperti menindak
audiensi, termasuk menerima tamu-tamu asing yang akan berdagang dengan negeri
Aceh. Raja berkewajiban melindungi rakyat dari tindakan sewenang-wenang para
pejabat kerajaan. Ia mempunyai kekuasaan untuk mengangkat orang-orang yang ahli
dalam hukum (ulama), mengangkat orang cerdik pandai untuk mengurus kerajaan,
mengangkat orang yang perkasa untuk pertahanan negeri yaitu uleebalang atau
panglima sagi.
Dalam menjalankan kekuasaannya, sultan atau raja mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan dewan kehakiman terutama memberi peringatan kepada raja terhadap pelanggaran pada adat dan syara'.
Dalam menjalankan kekuasaannya, sultan atau raja mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan dewan kehakiman terutama memberi peringatan kepada raja terhadap pelanggaran pada adat dan syara'.
Sedangkan untuk Modern
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional,
yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka,
dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social
merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana
transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya
saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa
menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang
kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu,
kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang
berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional
kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih
seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan
dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan
berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai
belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya
kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi
kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat
dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial
yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan
globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian
yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai
tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua
kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih
menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus
tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi
komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya
masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional
yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat
disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional
Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu
agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah
kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur
sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi.
Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional,
melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat
di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati
begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis
tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu
beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah
menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di
atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri,
terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk
kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan
zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu
beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang
wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap
diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan
secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun
lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan
besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional
kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian
tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap
beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu
bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
DAFTAR
PUSTAKA:
Komentar
Posting Komentar