Perencanaan Jembatan
Suatu.jembatan
yang baik adalah jembatan yang memiliki atau telah rnemenuhi criteria kriteria
desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan. Jembatan direncanakan
untuk mudah dilaksanakan serta memberikan manfaat bagi pengguna lalu lintas
sesuai dengan pokok-pokok perencanaan :
1. Kekuatan
dan Stabilitas Struktur Unsur-unsur tersendiri harus mempunyai kekuatan memadai
untuk menahan beban ULS (Ultimate Limit State) - keadaan batas ultimate, dan
struktur sebagai kesatuan keseluruhan harus berada stabil pada pembebanan
tersebut. Beban ULS didefenisikan sebagai beban beban yang mempunyai 5%
kemungkinan terlampaui selama umur struktur rencana.
2. Kenyamanan
dan Keamanan Bangunan bawah dan pondasi jembatan harus berada tetap dalam
keadaan layan pada beban SLS (Serviceability Limit State) - keadaan batas
kelayanan. Hal ini berarti bahwa struktur tidak boleh mengalami retakan,
lendutan atau getaran sedemikian sehingga masyarakat menjadi khawatir atau
jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau mempunyai pengurangan
berarti dalam umur kelayanan. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak diperiksa untuk
beban ULS (Ultimate Limit State), tetapi untuk beban SLS (Serviceability Limit
State) yang lebih kecil dan lebih sering terjadi dan didefenisikan sebagai
beban-beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui dalam satu tahun.
3. Kemudahan
(pelaksanaan dan pemeliharaan) Pemilihan rencana harus mudah dilaksanakan.
Rencana yang sulit dilaksanakan dapat menyebabkan pengunduran tak terduga dalam
proyek dan peningkatan biaya, sehingga harus dihindari sedapat mungkin.
4. Ekonomis
Rencana termurah sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya adalah
umumnya terpilih. Penekanan harus diberikan pada biaya umur total struktur yang
mencakup biaya pemeliharaan, dan tidak hanya pada biaya permulaan konstruksi.
5. Pertimbangan
aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan
6. Keawetan
dan kelayanan jangka panjang. Bahan struktural yang dipilih harus sesuai dengan
lingkungan, misalnya jembatan rangka baja yang digalvanisasi tidak merupakan
bahan terbaik untuk penggunaan dalam lingkungan laut agresifgaram yang dekat
pantai.
7. Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan untuk
dilihat. Penampilan yang baik umumnya dicapai tanpa tambahan dekorasi.
2. Peraturan
legal dalam perencanaan jembatan
Peraturan
legal dalam perencanaan jembatan mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku
di Indonesia. Peraturan legal dalam perencanaan jembatan yang berlaku :
1)
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS'92 dengan revisi Pada
bagian 2 Pembebanan jembatan, SK.SNI T-02-2005 (Kepmen PU No. 498/KPTSA,[12005)
2)
BMS’(2 dengan revisi pada Bagian 6 Perencanaan Struktur Beton jembatan, SK.SNI
T-12-2004 (KepmenPU No. 260/KPTSAd/2004)
3) BMS’92 dengan revisi padaBagian 7 Perencanaan
Struktur baja jembatan SK.SNI T-03-2005 (KepmenPU No.498/KPTSAT/2005
4) Standar Perencanaan Ketahanan Gempauntuk
Jembatan (Revisi SNI 03-2883-1992)
5) Standar perencanaan jalan pendekat jembatan
(Pd T-11-2003)
6) Standar-standar perencanaan jalan yang berlaku
7) Panduan Analisa Harga Satuan No.
028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga DepartemenPekerjaan Umum.
8) Prosedur Operasional Standar (POS) bidang
jembatan
9)
Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan agar mengaci pada dokumen RKL atau UKL dan SOP
10
Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tercakup dalam ketentuan-ketentuan
di atas harus mendapat persetujuan pemberi tugas.
1. BANGUNAN BAWAH
1.1 Pondasi
1.1 Pondasi
1. Pondasi langsung
2.
Pondasi
sumuran
3.
Tiang pancang
4.
Tiang bor
1.2 Kepala Jembatan/Pilar
1.
Balok pondasi
(pile cap bawah)
2.
Pilar
dinding/kolom
3.
Dinding
penahan tanah (kepala jembatan)
4.
Balok kepala
(pierhead)
5.
Penunjang/pengaku
(bracing)
6.
Balok tiang
(pile cap atas)
2. BANGUNAN ATAS
2.1 Sistem gelagar, beton bertulang, beton prategang,
baja komposit.
1.
Gelagar induk
2.
Gelagar
melintang
3.
Diafragma
(beton)
4.
Sambungan
gelagar
5.
Pelat pengaku
(stiffner)
6.
Pelat penguat
(cover plate)
7.
Diafragma
baja Horizontal
8.
Diafragma
baja vertikal
9.
Sambungan
diafragma
2.2 Rangka
1. Batang tepi
atas
2.
Batang tepi
bawah
3.
Batang
diagonal
4.
Batang
vertikal (RBB, RBR)
5.
Ikatan angin
horizontal atas
6.
Ikatan angin
horizontal bawah
7.
Diafragma
8.
Gelagar
melintang
9.
Sambungan/pelat
buhul/pelat pengisi
10.
Baut/ las/
paku keling
11.
Batang tengah
(CH)
12.
Pelat kopel
13.
Ikatan angin
melintang
14.
Pengaku
badang (stiffner)
4. Bentuk bentuk jembatan
1. Jembatan lengkung (arch bridge)
2. Jembatan gelagar (beam bridge)
3. Jembatan Kabel (cable-stayed)
4. Jembatan gantung (suspension bridge)
5. Jembatan Beton Prategang (prestressed concrete bridge)
6. Jembatan rangka (truss bridge)
7. Jembatan box girder
5. Beban beban yang bekerja dalam perencanaan struktur jembatan
a. BEBAN PRIMER
1) Beban mati, adalah semua
muatan yang berasal dari berat sendiri jembatan atau bagian jembatan yang
ditinjau, termasuk segala unsur tambahan tetap yang dianggap merupakan satu
satuan dengan jembatan (Sumantri, 1989). Salam menentukan besarnya muatan mati
harus dipergunakan nilai berat volume untuk bahan-bahan bangunan. Contoh beban
mati pada jembata; berat beton, berat aspal, berat baja, berat pasangan bata,
berat plesteran dll.
2) Beban hidup, yang
termasuk dengan beban hidup adalah beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan atau pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan.
3) beban kejut,
diperhitungkan pengaruh getaran-getaran dari pengaruh dinamis lainnya.
b. BEBAN SEKUNDER
1) Beban gaya rem
(TB), pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan.
2) Gaya akibat perbedaan
suhu, untuk memperhitungkan tegangan maupun deformasi struktur yang timbul
akibat pengaruh temperatur, diambil perbedaan temperatur yang besarnya setengah
dari selisih antara temperatur maksimum dan temperatur minimum rata-rata pada
lantai jembatan.
3) Beban gempa (EQ)
4) Beban angin (EW)
c. BEBAN KHUSUS
Beban
khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu
struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban
selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan
benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.
sumber:
Nama: Nilam Khaerunisyah Trisurti
Kelas: 3TA02
NPM: 15316428
Dosen: I Kadek Bagus Widana Putra
https://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil
Komentar
Posting Komentar